Rabu, 28 Oktober 2009

Kebahagiaan


Manusia mencari kebahagiaan ke mana-mana dan dengan segala cara, namun tidak pernah dapat menemukan kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak bisa ditemukan kalau dicari. Kebahagiaan adalah suatu keadaan batin yang tidak diganggu oleh gejolaknya nafsu. Selama nafsu masih bergejolak dalam batin, tidak mungkin manusia dapat berbahagia, karena dia akan terbentur dengan halangan-halangan dalam mengejar kesenangan seperti yang dikehendaki oleh nafsu. Dalam keadaan tidak berbahagia, bagaimana mungkin menemukan kebahagiaan? Kalau keadaan yang tidak berbahagia itu tidak ada lagi, manusia tidak lagi membutuhkan kebahagiaan. Kenapa? Karena dia sudah bahagia! Kebahagiaan itu sudah ada selalu dalam diri manusia sendiri, namun terselubung oleh bermacam persoalan dan kesukaran yang menjadi akibat dari menuruti nafsu diri. Seperti orang yang mencari kesehatan. Bagaimana mungkin akan dapat mengalami kesehatan kalau tubuhnya sedang sakit? Daripada mencari kesehatan yang tak mungkin dia temukan, lebih baik meneliti dirinya sendiri yang sakit, mengusahakan agar penyakit itu lenyap. Kalau dirinya sudah tidak dihinggapi penyakit lagi, apakah dia butuh mencari kesehatan? Tidak perlu lagi karena dia sudah sehat!

Manusia biasanya tidak dapat menikmati kesehatan kalau dia sehat. Baru merindukan kesehatan kalau dia sakit. Demikian pula manusia tidak dapat menikmati kebahagiaan kalau dia berbahagia. Baru merindukan kebahagiaan dikala dia sedang tidak berbahagia. Hidup itu sendiri adalah indah, hidup itu sendiri adalah bahagia. Mengapa repot-repot mencari kebahagiaan dengan segala cara?

Kalau kita renungkan secara mendalam, kita dapat bersama-sama menyelidiki tentang kebahagiaan itu. Kebahagiaan berada di atas susah dan senang. Bahkan diwaktu mendapatkan kesusahan, kita masih berbahagia. Bahagia tidak disentuh dan tidak diubah oleh susah senang yang hanya lewat seperti lewatnya segumpal awan diangkasa yang cepat lewat dan lenyap. Kebahagiaan tidak mungkin dapat ditemukan dengan jalan mencarinya. Kebahagiaan tidak dapat dicari. Makin didambakan dan dicari, makin menjauhlah dia.

Daripada bersusah payah mencari kebahagiaan, lebih baik orang meneliti ketidak-bahagiaan. Ketidak-bahagiaan ini dapat terasa oleh setiap orang. Merasa tidak berbahagia. Kita lalu meneliti dan mengamati diri sendiri, apa yang menyebabkan kita tidak bahagia? Kalau sebab adanya ketidak-bahagiaan ini sudah tidak ada lagi, kita tidak membutuhkan bahagia. Kenapa? Karena kita sudah berbahagia! Berarti bahwa kebahagiaan itu sudah ada dan selalu ada dalam diri kita. Seperti halnya kesehatan. Kesehatan itu sudah ada pada kita. Akan tetapi biasanya kita tidak merasakan adanya kesehatan ini, tidak dapat menikmati. Baru kalau kita jatuh sakit, kita mendambakan kesehatan. Demikian pula kebahagiaan. Selalu terutup oleh ulahnya nafsu, senang susah, sedih gembira, dan segala macam perasaan yang didorong oleh nafsu. Karena kita menjadi budak nafsu kita sendiri, maka kebahagiaan itu tertutup dan tidak pernah dapat dirasakan. Yang dapat dirasakan hanya kesenangan dan kesenangan inipun ulah nafsu. Nafsu mendorong kita agar selalu mengejar kesenangan. Orang yang tidak lagi menjadi budak nafsu, melainkan menjadi majikan nafsu, mungkin sekali akan dapat merasakan kebahagiaan itu. Nafsu tidak lagi menyeret kita ke dalam perbuatan yang hanya mengejar kesenangan sehingga untuk mencapai kesenangan, kita halalkan segala macam cara.

Nafsu merupakan peserta hidup yang amat penting dan berguna, kalau saja kita yang mengendalikannya. Akan tetapi kalau nafsu menguasai kita, maka malapetakalah yang akan menimpa diri kita. Tanpa nafsu kita tidak akan dapat hidup di dunia ini. Nafsu yang mendorong kita untuk hidup layak sebagai manusia. Akan tetapi dengan nafsu menjadi majikan, kita akan hidup sesat. Nafsu bagaikan api. Kalau kita dapat menguasainya, maka api itu amat berguna nagi kehidupan kita. Akan tetapi kalau terjadi sebaliknya, api yang mengamuk menguasai kita, api itu akan membakar segala yang ada!

Lalu bagaimana caranya untuk menguasai dan mengendalikan nafsu yang demikian kuatnya? Diri kita sudah menjadi gudang nafsu, maka akan sia-sialah kalau kita berusaha untuk menundukkannya. Pikiran itu sendiri yang ingin menguasai nafsu, sudah bergelimang dengan nafsu. Juga ilmu pengetahuan tidak dapat dipergunakan untuk menguasai nafsu. Lalu bagaimana? Satu-satunya jalan untuk menguasai nafsu hanya MENYERAH kepada KEKUASAAN TUHAN! Hanya Tuhanlah yang dapat menundukkan nafsu. Siapa lagi yang dapat menundukkan nafsu selain YANG MAHA PENCIPTA? Kalau kita menyerahkan diri dengan penuh keimanan, tawakal dan kepasrahan yang ikhlas, maka kekuasaan Tuhan akan bekerja dalam diri kita!

(Dari Cersil Pendekar Kelana by Kho Ping Hoo)



Tidak ada komentar: