Rabu, 18 November 2009

Jamu Ayem Tentrem

Ditengah teriknya cuaca siang itu, mataku tertuju pada sesosok penjual jamu yang  biasa menawarkan jamunya ke tempatku. Dengan langkah-langkah kecil dia berjalan kerumahku, terlihat peluh dikeningnya. Namun semua itu seakan sirna oleh senyum yang selalu terpancar di wajahnya yang sudah mulai termakan usia."Jamu-jamune mas' kata-kata yang selalu terdengar saat dia menawarkan jamunya. Dan seperti biasa biasa dia menyapaku dengan kata-kata Ngger atau Le, katanya aku suadah dianggap seperti anaknya sendiri. Terkadang kami berdua terlibat dalam perbincangan yang semakin membuatku mengerti makna hidup seperti perbincangan pada siang itu.
"Gimana Le, mau beli jamu apa?" kata Simbok Jamu sambil menaruh dagangannya di teras rumah sambil membasuh peluh dikeningnya dengan selendangnya.

"Biasa mbok,jamu sehat ya. Badan terasa tidak enak je mbok" kataku sambil duduk di lantai dekat simbok

Dengan cekatan diramunya jamu pesananku, langsung kuminum terasa hangat menjalar ke sekujur badanku. Kuperhatikan ternyata tinggal jamu yang barusan kuminum, tinggal botol-botol kosong yang tersisa. Kupandang wajah simbok yang sudah renta, namun memancarkan pesona yang semakin bersinar.

"Piye le, enak jamunya? Simbok sengaja memberikan jamu pahit tanpa tak kasih beras kencur atau kunir asem sebagai penawar rasa pahit. Coba rasakan dan nikmati pahitnya, temukan setitik rasa manis yang terkandung di dalam rasa pahit yang ada.  Walaupun cuma setitik, rasakan, nikmati dengan penuh kesadaran. Ingat le, hidupmu juga seperti itu to? Ingat lagi bagaimana kamu waktu lahir ibumu dengan menahan rasa sakit melahirkanmu, bagaima juga dulu waktu bayi kamu belajar berdiri atau berjalan pasti pernah jatuh , pernah sakit. Apakah kamu terus berhenti belajar berdiri atau berjalan? Kamu pasti terus belajar lagi hingga kamu bisa seperti sekarang ini. Itu semua merupakan sebuah proses agar kamu semakin kuat le. Coba kamu renungkan dan ingat-ingat lagi saat dimana kamu merasa sendiri, sedih, kesepian lalu ingat juga saat kamu merasakan kebersamaan, kenyamanan, keberhasilan, kesenangan." kata simbolksambil merapikan botol-botol  yang ada.

Aku dibuat termenung oleh kata-kata simbok. Kuperhatikan sekali lagi muka simbok dengan seksama.
"Coba le kamu rasakan lagi bagaimana kamu bernapas selama ini. Perhatikan dan sadari udara yang keluar dan masuk lewat kedua lubang hidungmu. Rasakan benar-benar, rasakan dan nikmati hadirnya Gusti lewat napas tersebut. Betapa selama ini Dia hadir menemanimu le dikala kamu susah atau senang. Dia selalu ada , sehingga gunakan ragamu untuk berkarya bagi sesama tanpa harus kau harap imbalan yang akan kauterima. Seperti bayang-bayang yang selalu menyertaimu, ikut kemanapun kamu pergi. Dia selalu ada le." kata simbok sambil meneguk minuman yang dibawanya.

"Coba kamu perhatikan barang bawaan simbok, pasti kamu berfikir dann kasihan melihat simbok bawa bawaan yang berat tidak sebanding dengan badan yang sudah mulai merapuh. Memang simbok akui raga ini tidalah seperti dulu, raga ini sudah termakan usia. Tiada yang tatap di raga ini le, tiada kekekalan yang mengikuti raga ini, terus berubah di makan sang waktu. Namun ada yang bisa kamu pelajari le, ternyata simbok masih bisa mengangkat dan berjualan keliling membawa botol-botol ini to? Ketika kamu melihat dan memikirkan sesuatu maka akan menjadi beban yang sangat berat. Seringkali disaat terhimpit beban yang berat kita memohon Gusti semoga diberikan keringanan untuk memanggul beban ini, mungkin lebih baik begini le "Gusti semoga diberikan kekuatan untuk memanggul beban ini", bebaskan pikiranmu akan beratnya beban yang harus kamu pikul agar terasa ringan dan tiada lagi yang membebanimu." 

"Simbok bersyukur le, walaupun tidak mengecap pendidikan seperti yang kamu jalani dan hanya menjadi penjual jamu seperti ini. Dengan menjadi penjual jamu , simbok bisa belajar meramu berbagai jenis tanaman yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan  untuk kemudian simbok ramu menjadi sebuah jamu. Dengan meramu tadi simbok juga belajar untuk meramu kelebihan dan kekurangan yang ada di diri simbok, teman, keluarga, lingkungan sekitar agar dapat menjadi jamu kehidupan yang lebih baik. " kata simbok lagi.

Aku semakin penasaran mendengar kata-kata simbok maka aku pun bertanya kepadanya, "Mbok, simbok itu agamanya apa to?

"O alah le, kasihan to kamu ini. Apa-apa kok selalu dihubungkan dengan agama dan kepercayaan seseorang. Hati-hati le, jangan sampai kamu terjebak dalam konsep atau kotak-kotak tersebut. Akan berbahaya karena kamu akan terjebak melihat seseorang dari agama sebagai sebuah pakaian yang dikenakan oleh sesorang, sehingga begitu kamu melihat pakaian warna hijau agamanya pasti ini dengan atribut seperti ini. Seperti sekarang seringkali terjebak dalam konsep penamaan Pria dan Wanita, sehingga terjebak dalam aturan kalau pria itu begini kalau wanita begini, hak dan kewajibannya terkadang juga dibedakan. Padahal coba direnungkan lebih dalam kan sama saja to le, sekarang juga ada pria yang jualan jamu kaya simbok. Apa itu salah?. Pria atau wanita sama saja tidak ada yang lebih, sama-sama sebagai manusia le."

"Belajarlah untuk bersikap sumeleh sebagai wong jowo, jalani hidupmu , nikmati dan resapi semua perjalanan dengan penuh kesadaran ya le. Simbok tak pulang dulu ya le, sudah sore besok ngobrol-ngobrol lagi ya. Semoga kamu tidak bosan ya le mendengarkan ocehan simbok ini yang tinggal menunggu saatnya untuk kembali kepada-Nya." kata simbok sambil menggendong kembali tenggok yang berisi botol-botol bekas jamu.

Lama kupandangi jalannya simbok, sampai hilang dari pandangan mataku. Sebuah "Jamu Ayem Tentrem" yang barusan kuminum, kenikmati dan kucoba resapi  lewat perantaran Simbok.

Gusti nyuwun kawelasan.














Tidak ada komentar: