![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYnuJ4IHBSmSLMuIEIuau0wpf8DyrQbY-dY4uZyp6zR1vetjXnsDh5NzFRq04YdHXsuOkA1jaTsXjxVOdHFDUFhBjGhQP1MyIGx5Yf1HAe5O5h7821Yml9kaP23veEO0aqQc7isZw31d8/s200/kematian.jpg)
Pada saat menjelang puasa dua orang sepupu yang telah lama tidak bertemu sehabis nyekar ke makam lelulurnya bertemu di rumah neneknya. Mereka habiskan waktu untuk menceritakan pengalamannya merantau selama ini. Kedua sepupu tersebut mempunyai jalan hidup yang berbeda, yang satu sebagai seorang gigolo dan satunya sebagai seorang yang suka berderma. Namun pada saat bertemu di rumah neneknya keduanya sedang dalam kondisi titik nol alias hancur, apa yang selama ini mereka miliki karena suatu hal musnah sudah.
Si gigolo , karena memiliki wajah dan badan yang atletis tentu tidak susah untuk memerankan perannya . Dengan mudahnya dicarinya pelanggan-pelanggan kelas atas, tante-tante kesepian dan wanita single yang tidak segan-segan mengucurkan uang demi kenikmatan sesaat yang diperolehnya. Namun ada yang aneh pada anak tersebut, uang dan harta yang selama ini diperolehnya dinikmati sebagian, dan sebagian besar dia bagi-bagikan kepada yang membutuhkan pertolongannya. Sungguh sebuah jalan hidup yang mungkin terasa aneh.
Si penderma, anaknya memang baik hati suka, santun, menolong sesama yang sedang kesusahan. Karier di juga cukup bagus kalau tidak mau dikatakan sebagai sukses. Setiap kali ada yang membutuhkan pertolonganya dia tidak ragu-ragu untuk menolongnya. Namun dibalik semua yang dia lakukan ternyata ada sesuatu dibalik itu semua. Berbagai pujian dan prestasi yang selama ini diperolehnya membuat dirinya terlena, sehingga dia melakukan perbuatan tersebut namun dia juga mengharapkan dengan sangat adanya pujian dan harapan agar kariernya semakin menanjak. Apapun akan dia dermakan asal dia memperoleh manfaat dari semua itu. Segala tipu daya dimilikinya dibalik wajahnya dan sifatnya yang suka berderma.
Sebuah jalan yang saling berbeda diantara keduanya, saling bertolak belakang. Namun ternyata memiliki kesaman bahwa saat ini mereka tidak memiliki apa yang selama ini dibanggakannya, harta, kebanggan, harga diri telah musnah. Dalam keadaan yang sama, sama-sama menderita menghapus semua perbedaan yang selama ini mereka anggap benar. Saking akrabnya mereka ngobrol, tanpa menyadari neneknya yang memperhatikan dengan seksama obrolan kedua cucunya. Dia simak baik-baik, sambil diselesaikannya kelontong ketupat yang akan dimasaknya dan dijualnya di pasar. Memang sang nenek walaupun sudah berumur, penglihatan yang sudah mulai berkurang namun semangat bekerjanya masih tetap ada. Tiap hari sang nenek membuat ketupat dan pulang berjualan biasanya memberikan oleh-oleh buat cucu dan cicitnya semisal nasi jagung, nasi urap, jenang blendung, clorot, timus dan segala macam jajanan pasar. Menu makanan desa yang slalu membuat cucu dan cicitnya datang.
Sang nenek sambil merapikan kelontongan ketupat kemudian menyapa cucunya, ” Ngger cucuku, kesini nak. Nenek turut bersedih mendengar cerita kalian. Nenek bersedih bukan karena sekarang kalian tidak punya apa-apa lagi. Buat kamu cucuku aku tidak pernah menilai seseorang dari pekerjaannya, semuanya sama saja. Kalian bisa saja menipu orang lain, namun kalian tidak akan bisa menipu dirimu sendiri, hati kecil kalian tidak akan bisa kalian tipu. Kamu menjadi gigolo memang benar hasilnya tidak kamu nikmati sendiri, namun kamu juga sudah turut larut kedalam kenikmatan seksual dan kenikmatan duniawi yang selama ini kamu terima. Ini tidak bisa kamu sembunyikan. Nenek akan senang apabila kamu bisa memasuki daerah kegelapan namun kamu bisa memberikan pelita bagi kegelapan, kamu berikan cahayamu sehingga wanita-wanita yang selama ini mencari kenikmatan sesaat menjadi tersadar dan tidak melakukan perzinahan. Kalau kamu memang mau memasuki jalan kegelapan, kuatkan dirimu, jagalah cahayamu jangan sampai mati, usahakan terus kau jaga nyalanya, berikan slalu terang dimanapun kamu berada.” kata nenek itu kepada cucunya yang menjadi gigolo.
”Kemudian kamu cucuku, aku juga sedih karean ternyata dibalik sifat kedermawanamu masih melekat ke-aku-an yang begitu kuat, alangkah membahayakan dirimu terbelenggu oleh pujian dan keegoisan yang selama ini menyelimutimu. Bebaskan dirimu dari semua nafsu yang selama ini menguasaimu, lakukan semuanya tanpa kemelekatan. Segala pujian dan harapan yang selama ini kau dambakan harus kau buang jauh-jauh, jalankan semuanya dengan penuh keikhlasan, sama seperti sepupumu terus kau nyalakan lilinmu dengan kemauan untuk terus melumerkan lilinmu. Kalau kamu tidak mau membagikan sedikit harapan dan terangmu maka lilinmu pasti tidak mau menyala. Jalan yang kau pilih memang jalan terang yang kalau tidak kau jaga lilinmu maka kau akan disilaukan oleh terang jalan. ” kata sang nenek kepada cucu yang satunya
”Jalan kegelapan, jalan remang-remang, dan jalan terang pasti akan terus kalian lalui tergantung pilihan kalian. Siapkan diri kalian dan jangan lupa untuk selalu tersadar, jagalah selalu nyala lilin yang ada didirimu, berikan semuanya dengan penuh keikhlasan, belajarlah untuk menjadi seputih merpati namun selicik ular, dan belajarlah untuk menghindari keterikatan dan kemelekatan ke hal-hal yang bersifat didunia ini. Tiada yang abadi yang abadi hanyalah jiwa-jiwa kalian. Kalian beserta semua cucu dan cicitku , kupercaya mempunyai cahaya lilin yang ada didalam dirimu dan kupercaya bisa memberikan nyala terang yang nenek banggakan. Jangan lupa mengucapkan syukur dan eling marang sing gawe urip. Nenek hanya bisa memberikan apa yang nenek bisa berikan selanjutnya terserah kalian. Sejelek apapun kalian, tetap cucu-cucu nenek yang kusayangi.” kata sang nenek sambil tersenyum
”Kalau tiba saatnya nati nenek dijemput ajalnya aku ingin kalian dan semuanya jangan menangisinya. Kematian bukalah hal yang perlu kalian tangisi dan ratapi, ketika ada kematian pasti ada kelahiran. Terimalah dalam porsi yang sama saat kalian sedih ingatlah saat senang, saat menerima kesulitan seperti sekarang ini ingatlah saat betapa kalian pernah memperoleh berbagai kemudahan. Jalani semuanya, dan teruslah belajar. Ngelmu iku kalakone kanthi laku ngger.”
Kedua cucunya mendengarkan dengan seksama dan setelah waktu liburan nyadrannya habis merekapun pulang ke tempat mereka semula. Dua bulan kemudian sang nenek meninggal dalam keadaan tenang, tersungging senyum di bibirnya. Terlihat wajah yang damai, dan bagi kedua cucunya sang nenek masih tetap hidup didalam hati mereka, tetap selalu menyertai langkah-langkah mereka. Kematian tidaklah memisahkan mereka dengan sang nenek. Dan mereka pun terus menjalani hidup sambil mengikuti yang dikatakan neneknya.
Takkan selamanya tanganku mendekapmu. Takkan selamanya raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantung, ku tak bertahan melawan waktu. Dan s'mua keindahan yang memudar atau cinta yang t'lah hilang, Biarkan aku bernafas sejenak, sebelum hilang. Takkan selamanya tanganku mendekapmu, Takkan selamanya raga ini menjagamu. Jiwa yang lama segera pergi. Bersiaplah para pengganti.Tak ada yang abadi (By Peterpan)
Im memoriam :eyang uti
Tak sempat kubahagiakan dirimu
Si gigolo , karena memiliki wajah dan badan yang atletis tentu tidak susah untuk memerankan perannya . Dengan mudahnya dicarinya pelanggan-pelanggan kelas atas, tante-tante kesepian dan wanita single yang tidak segan-segan mengucurkan uang demi kenikmatan sesaat yang diperolehnya. Namun ada yang aneh pada anak tersebut, uang dan harta yang selama ini diperolehnya dinikmati sebagian, dan sebagian besar dia bagi-bagikan kepada yang membutuhkan pertolongannya. Sungguh sebuah jalan hidup yang mungkin terasa aneh.
Si penderma, anaknya memang baik hati suka, santun, menolong sesama yang sedang kesusahan. Karier di juga cukup bagus kalau tidak mau dikatakan sebagai sukses. Setiap kali ada yang membutuhkan pertolonganya dia tidak ragu-ragu untuk menolongnya. Namun dibalik semua yang dia lakukan ternyata ada sesuatu dibalik itu semua. Berbagai pujian dan prestasi yang selama ini diperolehnya membuat dirinya terlena, sehingga dia melakukan perbuatan tersebut namun dia juga mengharapkan dengan sangat adanya pujian dan harapan agar kariernya semakin menanjak. Apapun akan dia dermakan asal dia memperoleh manfaat dari semua itu. Segala tipu daya dimilikinya dibalik wajahnya dan sifatnya yang suka berderma.
Sebuah jalan yang saling berbeda diantara keduanya, saling bertolak belakang. Namun ternyata memiliki kesaman bahwa saat ini mereka tidak memiliki apa yang selama ini dibanggakannya, harta, kebanggan, harga diri telah musnah. Dalam keadaan yang sama, sama-sama menderita menghapus semua perbedaan yang selama ini mereka anggap benar. Saking akrabnya mereka ngobrol, tanpa menyadari neneknya yang memperhatikan dengan seksama obrolan kedua cucunya. Dia simak baik-baik, sambil diselesaikannya kelontong ketupat yang akan dimasaknya dan dijualnya di pasar. Memang sang nenek walaupun sudah berumur, penglihatan yang sudah mulai berkurang namun semangat bekerjanya masih tetap ada. Tiap hari sang nenek membuat ketupat dan pulang berjualan biasanya memberikan oleh-oleh buat cucu dan cicitnya semisal nasi jagung, nasi urap, jenang blendung, clorot, timus dan segala macam jajanan pasar. Menu makanan desa yang slalu membuat cucu dan cicitnya datang.
Sang nenek sambil merapikan kelontongan ketupat kemudian menyapa cucunya, ” Ngger cucuku, kesini nak. Nenek turut bersedih mendengar cerita kalian. Nenek bersedih bukan karena sekarang kalian tidak punya apa-apa lagi. Buat kamu cucuku aku tidak pernah menilai seseorang dari pekerjaannya, semuanya sama saja. Kalian bisa saja menipu orang lain, namun kalian tidak akan bisa menipu dirimu sendiri, hati kecil kalian tidak akan bisa kalian tipu. Kamu menjadi gigolo memang benar hasilnya tidak kamu nikmati sendiri, namun kamu juga sudah turut larut kedalam kenikmatan seksual dan kenikmatan duniawi yang selama ini kamu terima. Ini tidak bisa kamu sembunyikan. Nenek akan senang apabila kamu bisa memasuki daerah kegelapan namun kamu bisa memberikan pelita bagi kegelapan, kamu berikan cahayamu sehingga wanita-wanita yang selama ini mencari kenikmatan sesaat menjadi tersadar dan tidak melakukan perzinahan. Kalau kamu memang mau memasuki jalan kegelapan, kuatkan dirimu, jagalah cahayamu jangan sampai mati, usahakan terus kau jaga nyalanya, berikan slalu terang dimanapun kamu berada.” kata nenek itu kepada cucunya yang menjadi gigolo.
”Kemudian kamu cucuku, aku juga sedih karean ternyata dibalik sifat kedermawanamu masih melekat ke-aku-an yang begitu kuat, alangkah membahayakan dirimu terbelenggu oleh pujian dan keegoisan yang selama ini menyelimutimu. Bebaskan dirimu dari semua nafsu yang selama ini menguasaimu, lakukan semuanya tanpa kemelekatan. Segala pujian dan harapan yang selama ini kau dambakan harus kau buang jauh-jauh, jalankan semuanya dengan penuh keikhlasan, sama seperti sepupumu terus kau nyalakan lilinmu dengan kemauan untuk terus melumerkan lilinmu. Kalau kamu tidak mau membagikan sedikit harapan dan terangmu maka lilinmu pasti tidak mau menyala. Jalan yang kau pilih memang jalan terang yang kalau tidak kau jaga lilinmu maka kau akan disilaukan oleh terang jalan. ” kata sang nenek kepada cucu yang satunya
”Jalan kegelapan, jalan remang-remang, dan jalan terang pasti akan terus kalian lalui tergantung pilihan kalian. Siapkan diri kalian dan jangan lupa untuk selalu tersadar, jagalah selalu nyala lilin yang ada didirimu, berikan semuanya dengan penuh keikhlasan, belajarlah untuk menjadi seputih merpati namun selicik ular, dan belajarlah untuk menghindari keterikatan dan kemelekatan ke hal-hal yang bersifat didunia ini. Tiada yang abadi yang abadi hanyalah jiwa-jiwa kalian. Kalian beserta semua cucu dan cicitku , kupercaya mempunyai cahaya lilin yang ada didalam dirimu dan kupercaya bisa memberikan nyala terang yang nenek banggakan. Jangan lupa mengucapkan syukur dan eling marang sing gawe urip. Nenek hanya bisa memberikan apa yang nenek bisa berikan selanjutnya terserah kalian. Sejelek apapun kalian, tetap cucu-cucu nenek yang kusayangi.” kata sang nenek sambil tersenyum
”Kalau tiba saatnya nati nenek dijemput ajalnya aku ingin kalian dan semuanya jangan menangisinya. Kematian bukalah hal yang perlu kalian tangisi dan ratapi, ketika ada kematian pasti ada kelahiran. Terimalah dalam porsi yang sama saat kalian sedih ingatlah saat senang, saat menerima kesulitan seperti sekarang ini ingatlah saat betapa kalian pernah memperoleh berbagai kemudahan. Jalani semuanya, dan teruslah belajar. Ngelmu iku kalakone kanthi laku ngger.”
Kedua cucunya mendengarkan dengan seksama dan setelah waktu liburan nyadrannya habis merekapun pulang ke tempat mereka semula. Dua bulan kemudian sang nenek meninggal dalam keadaan tenang, tersungging senyum di bibirnya. Terlihat wajah yang damai, dan bagi kedua cucunya sang nenek masih tetap hidup didalam hati mereka, tetap selalu menyertai langkah-langkah mereka. Kematian tidaklah memisahkan mereka dengan sang nenek. Dan mereka pun terus menjalani hidup sambil mengikuti yang dikatakan neneknya.
Takkan selamanya tanganku mendekapmu. Takkan selamanya raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantung, ku tak bertahan melawan waktu. Dan s'mua keindahan yang memudar atau cinta yang t'lah hilang, Biarkan aku bernafas sejenak, sebelum hilang. Takkan selamanya tanganku mendekapmu, Takkan selamanya raga ini menjagamu. Jiwa yang lama segera pergi. Bersiaplah para pengganti.Tak ada yang abadi (By Peterpan)
Im memoriam :eyang uti
Tak sempat kubahagiakan dirimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar