![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmZVKKqozszLADIBjQCcQTzh1McXVU7XOiXAwkqMuwRlGHV-KHcZM8uNgShnQT5FbCmFn1sgvVUTnBFoc4oxc6FonCFTrHqo0lbrC5Lv0DyhSHdH0pNsn8e4bctADmlz_b7CVIZpJkVKc/s200/TA0017.jpg)
Menyadari akan hakikat suatu perkawinan, dan belajar dari sebuah lambang dari "lilin-lilin" diatas maka sungguh berat untuk mewujudkannya, namun juga bisa menjadi terasa ringan dan menyenangkan apabila seseorang atau kita sadar dan menyadari adanya hambatan-hambatan yang seringkali muncul dalam menjalin suatu ikatan. Sehingga bisa belajar untuk mengeleminir segala hambatan yang akan muncul. Secara garis besar permasalahan yang muncul sebenarnya bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu hambatan dari dalam pribadi baik itu disri sendiri ataupun pasangan, kemudian hambatan yang timbul dari lingkungan luar semisal orangtua ataupun masyarakat.
Hambatan yang dari diri sendiri ataupun pasangan
Hambatan yang dari diri sendiri ataupun pasangan
- Karakter atau sifat dasar dari masing-masing pasangan, sebenarnya sebagai manusia kita dilahirkan telah membawa sifat/karakter masing-masing. Sebagai orang jawa yang hidup didalam lingkungan jawa kita menganal adanya "Pranata Mongso" yang berpengaruh terhadap sifat seseorang. Orang jawa mengenal akan adannya "Ilmu Titen". Secara garis besar sifat seseorang akan dipengaruhi oleh mongso atau musim disaat dia dilahirkan (mungkin sama dengan Sio atau Zodiak ) memiliki kelebihan dan kekurangan , karakter sendiri-sendiri. Sehingga tiap-tiap pasangan harus mengetahui benar-benar karakter pasangannya, dan apabila sudah memahami dan mau menerima karakter pasangannya maka niscaya kelak tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari, saling menyalahkan , merasa tidak cocok dan sebagainya. Seseorang ataupun pasangan yang telah mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, secara bijak akan bisa memanfaatkan sehingga yang tadinya merupakan kelemahan bisa menjadi kelebihan.
- Keterbukaan dan kejujuran, disini penting sekali adanya kejujuran ataupun keterbukaan dari masing-masing pribadi. Akan lebih bagus apabila saat mulai pacaran atau "pedekate" tak ada yang ditutup-tutupi, bukalah semua yang ada dalam diri baik itu kebaikan maupun keburukan, kalau memang kita tidak suka katakan terus terang. Biasanya kita menutup-nutupi kekurangan kita, kita poles diri kita agar kelihatan menarik, bertingkah laku yang kadang-kadang tidak sesuai dengan pribadi kita yang sebenarnya. semua itu hanyalah semu belaka, karena adanya suatu keinginan untuk menarik hati atau memiliki. Mungkin ada sebagian yang lebih suka memakai "topeng", namun suatu saat pasti akan ketahuan oleh pasangannya. Sehingga lebih baik , dibuang "topeng", "polesan-polesan yang tidak sesuai dengan pribadi kita sebenarnya", belajarlah untuk jujur dan terbuka dengan pasangannya.
- Belajar untuk berusaha memberi jangan belajar untuk meminta. Seringkali kita meminta kepada pasangan kita, kamu harus begini-begitu, aku pinginnya kamu begini dan lain sebagainya. Meminta memang diperbolehkan namun akan lebih baik apabila kita berusaha untuk memberikan apa yang kita miliki dengan kelebihan dan kekurangan kita untuk membahagiakan baik itu materi maupun rohani kepada pasangan kita. Belajar dari filosofi sebuah lilin (baca "Jadilah Terang") maka kita masing-masing pasangan harus dengan sukarela memberikan sebagian diri kita, karena dalam suatu perkawinan sebenarnya tidak ada lagi "aku" yang ada hanyalah "kita". Jadi mau-tidak mau masing-masing harus mencoba untuk 'melelehkan" dirinya dan memberikan dirinya kepada pasangan hidupnya.
- Saling percaya antar pasangan. Kepercayaan ini penting sekali dipupuk antar pasangan, karena sekali ada rasa saling tidak percaya maka diotak kita yang timbul hanya curiga, sehingga timbul fikiran yang macam-macam, jangan-jangan istriku ??? jangan-jangan suamiku????. Sekali timbul rasa curiga maka akan mengganggu harmonisasi dalam membina suatu hubungan.
- Perlu membentuk suatu tujuan, visi dan misi yang akan dibangun dalam suatu hubungan (rumah tangga). Hal ini perlu sekali dirumuskan oelh kedua pasangan agar dalam menjalani hubungan yang lebih lanjut mempunyai pedoman dan arah serta tujuan yang jelas. Namun kiranya penyusunan tersebut jangan terlalu dipaksakan dan jangan terlalu kaku misalnya harus begini maka ya mau-tidak mau harus. Dalam perjalanan hubungan rumah tangga nantinya dilihat perkembangan situasi dan kondisi lingkungan memungkinkan atau tidak dengan tujuan,visi dan misi yang telah ditetapkan. Kalau memang ditengah jalan harus dirubah demi kebaikan bersama akan lebih baik bila diadakan perubahan. Ibarat pada saat kita akan membangun suatu rumah maka yang pertama kali dilakukan membuat design rumah yang dibangun (eksterior dan interior), kemudian membuat rancangan biaya pembangunan, mengurus IMB dan seterusnya, sehingga nantinya akan terbentuk sebuah rumah beserta isinya sesuai yang telah direncanakan.
- Komunikasi antar pasangan. Komunikasi disini dalam arti yang luas dan bisa multi dimensi. Dan masing-masing pasangan harus pintar-pintar menggunakan media komunikasi dan bahasa komunikasi yang akan digunakan , disesuaikan dengan kondisi, karakter pasangannya. Misalnya untuk membicarakan permasalahan yang berat sebaiknya dilakukan dengan duduk bersama, mencari waktu bersama, bicara sambil menatap muka pasangannya sehingga bisa melihat perubahan dari mimik muka, bahasa dari pasangan kita sehingga bisa mengeliminir pertengkaran yang bisa ditimbulkan.
Hambatan dari sekitar
Hambatan dari orangtua. Seperti sudah menjadi rahasia umumnya orangtua biasanya pada saat-saat awal anaknya menikah atau berumah tangga biasanya masih suka ikut campur dengan permasalahan yang ada dalam keluarga, dan bila mempunyai cucu maka orangtua sebagai kakeknya jusa seringkali tidak rela apabika cucunya dimarahi. Sebenarnya mereka ingin menunjukan rasa kasih sayangnya terhadap anak dan cucunya nanum mungkin caranya yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh kedua pasangan. Mungkin dalam dal ini bisa belajar dari pelajaran filsafat "Cinta Kasih" dari "Cersil Kho Ping Hoo" dibawah ini
Hambatan dari orangtua. Seperti sudah menjadi rahasia umumnya orangtua biasanya pada saat-saat awal anaknya menikah atau berumah tangga biasanya masih suka ikut campur dengan permasalahan yang ada dalam keluarga, dan bila mempunyai cucu maka orangtua sebagai kakeknya jusa seringkali tidak rela apabika cucunya dimarahi. Sebenarnya mereka ingin menunjukan rasa kasih sayangnya terhadap anak dan cucunya nanum mungkin caranya yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh kedua pasangan. Mungkin dalam dal ini bisa belajar dari pelajaran filsafat "Cinta Kasih" dari "Cersil Kho Ping Hoo" dibawah ini
- Ada yang bertanya bahwa kalau kita bebas daripada ikatan dengan keluarga, bukankah itu berarti bahwa kita tidak mencinta keluarga kita lagi? Sama sekali bukan demikian.
- Cinta kasih sama sekali bukanlah ikatan! Kalau kita mencinta anak kita, benar-benar mencintanya, hal itu bukan berarti bahwa kita harus terikat dengan anak kita itu. Yang ada hanya bahwa kita ingin melihat anak kita berbahagia hidupnya! Sebaliknya, ikatan menimbulkan keinginan untuk menyenangkan diri sendiri, karena memang ikatan diciptakan oleh si aku yang ingin senang tadi.
- Cinta yang mengandung ikatan bukanlah cinta kasih namanya, melainkan keinginan untuk memuaskan dan menyenangkan diri sendiri.
- Cinta yang mengikat kepada anak menimbulkan keinginan untuk menguasai anak itu, untuk memperoleh kesenangan batin melalui si anak, dan terasa berat kalau berpisah, karena si aku merasa dipisahkan dengan sumber yang menyenangkan diri. Tidakkah demikian?
- Demikian pula dengan isteri atau suami atau keluarga atau benda, atau juga gagasan. Semua itu hanya merupakan alat untuk menyenangkan diri sendiri dan karenanya menimbulkan ikatan.
- Cinta kasih baru ada kalau tidak terdapat keinginan untuk menyenangkan diri sendiri. Dan tanpa adanya cinta kasih, tidak mungkin ada kebaikan atau kebajikan, karena tanpa adanya cinta kasih, segala yang nampak baik itu adalah semu, berpamrih, dan segala macam pamrih itu sumbernya adalah pada si aku yang ingin senang
Orang tua dalam hal ini cukup "Tut Wuri Handayani", baru setelah memang benar-benar jalan yang ditempuh baru diberi nasehat yang berguna bagi kedua pasangan.
Hambatan dari lingkungan sekitar, tergantung seberapa kuat pondasi yang dibangun dari kedua pasangan apabila pondasi yang dibangun kokoh dan kuat maka sekuat apapun godaan di lingkungan niscaya akan terlewati. Memang rumput tetangga lebih indah daripada halaman sendiri,karena seringkali kita kurang mensyukuri nikmat yang telah diberikan yang Kuasa.
Akan lebih bagus lagi apabila disamping agama/kepercayaan yang masing-masing dianut, belajar pula tentang konsep "asta brata " atau "hasta brata" yang sangat mungkin diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Sehingga tercipta suatu hitungan yang kelihatannya susah yakni "1 + 1 =1" apabila kita mengetahui hakikat suatu perkawinan dan mau belajar mendalaminya. Sebagai keluarga hendaknya mau belajar untuk terus mengembangkan ikatan yang telah dijalani sehingga tercipta suatu ikatan yang lebih kuat. Pembelajaran hidup ini mudah-mudahan bermanfaat bagai yang hendak menempuh suatu ikatan maupun yang sudah menikah.
Didicated to "Dewa (Keshav) , Arjun or Sophie"
Hambatan dari lingkungan sekitar, tergantung seberapa kuat pondasi yang dibangun dari kedua pasangan apabila pondasi yang dibangun kokoh dan kuat maka sekuat apapun godaan di lingkungan niscaya akan terlewati. Memang rumput tetangga lebih indah daripada halaman sendiri,karena seringkali kita kurang mensyukuri nikmat yang telah diberikan yang Kuasa.
Akan lebih bagus lagi apabila disamping agama/kepercayaan yang masing-masing dianut, belajar pula tentang konsep "asta brata " atau "hasta brata" yang sangat mungkin diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Sehingga tercipta suatu hitungan yang kelihatannya susah yakni "1 + 1 =1" apabila kita mengetahui hakikat suatu perkawinan dan mau belajar mendalaminya. Sebagai keluarga hendaknya mau belajar untuk terus mengembangkan ikatan yang telah dijalani sehingga tercipta suatu ikatan yang lebih kuat. Pembelajaran hidup ini mudah-mudahan bermanfaat bagai yang hendak menempuh suatu ikatan maupun yang sudah menikah.
Didicated to "Dewa (Keshav) , Arjun or Sophie"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar