Kamis, 17 Desember 2009

Celoteh Sang Kakek

Di sebuah gubuk di tengah areal persawahan tampak seorang kakek yang sedang berisitirahat ditemani seorang cucu laki-laki yang selalu menyusul ke sawah sehabis pulang sekolah. Diusianya yang masih muda 8 tahun, dirinya telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Setiap hari dirinya  hanya bersama kakek dan neneknya. Terkadang dirinya  selalu bertanya kenapa  sang ayah dan ibunya meninggalkan dirinya seorang diri. Sang kakek dan nenek hanya mampu menahan nafas sambil sesekali diberikan jawaban yang mungkin mampu membuat sang cucu lebih tegar.

Seperti pada saat tengah hari itu, terjadi perbincangan antara sang kakek dan cucunya yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
"Kek, kenapa aku harus ada dan kenapa aku harus sendirian ?" tanya sang cucu kepada kakeknya

Sang kakek hanya bisa tersenyum, sambil menahan nafasnya dia menjawab pertanyaan cucunya, "Cucuku kenapa kamu menanyakan lagi hal itu? Ngger cucuku, satu hal yang pasti kamu ada karena kamu harus ada, ingat cu kamu tidak sendirian . Ada kakek ada nenek, ada teman-temanmu juga tho le. Coba lihat sekelilingmu cu, indah bukan? Coba cermati alam sekitar, kehidupan yang ada di alam sekitar. Mereka juga temanmu, mereka saudara-saudaramu yang senantiasa menemani dan menyertai dirimu." kata sang kakek sambil menghirup rokok klembak menyan yang dilintingnya sambil tersenyum ke arah cucunya.

"Coba lihat tanaman kacang panjang itu cu, perhatikan dengan sesama betapa tanaman itu tumbuh dengan sulurnya yang mengikuti bambu bergerak keatas seakan-akan bergerak menuju Gusti yang selalu menyinari dirinya. Coba lihat  gemercik air itu , air yang selalu bergerak secara alami mencari tempat yang lebih rendah. Kalaupun dia bergerak ke atas pasti ada tekanan yang menyebabkannya keatas. Dirimu juga seperti aliran air yang terus mengalir, namun jangan terlena dengan aliran air hingga engkau dapat terhanyut dan tenggelam didalamnya. Lihat burung pipit itu le, betapa mereka memakan bulir-bulir padi secukupnya saja. Seperti juga doa yang biasa kamu ucapakan "Gusti, berilah kami rejeki hari ini secukupnya" hendaknya hidupnya juga seperti doa dan burung pipit itu, nikmati anugerah yang kauterima dengan penuh syukur tanpa merasa selalu berkekurangan. Lihat daun-daun pohon itu le, bukankah disamping daun baru tumbuh  daun-daun kering akan berjatuhan ke tanah , berguguran ke tanah. Hal itu tidak bisa ditawar-tawar lagi, sifatnya alami. Begitu juga dengan hidup ini disaat ada kelahiran ada kematian, ada kesusahan tentu ada kegembiraan . Kedua sisi yang  selalu ada dalam hidup dan tidak bisa dilewatkan." sambil klempas-klempus Sang Kakek berhenti sejenak.

"Lihat cu pohon pisang raja itu. Betapa dirinya tidak pernah protes takkala buahnya diambil, tetap saja dia tumbuh dengan tunas-tunas baru dan menghasilkan buah-buah lagi buat sesama yang membutuhkan. Begitu juga dengan dirimu hendaknya kamu belajar untuk menghasilkan buah yang berguna dan memberikan dengan ketulusan bagi sesamamu tanpa pernah mengharapkan imbalan. Coba dengarkan juga suara katak kalau malam hari, bukankah terdengar indah bersaut-sautan mungkin diikuti suara jangkerik. Terasa damai kan cucuku. Coba kalau kalau katak itu bersuara bersamaan dengan satu nada yang sama dan ketukan yang sama pasti akan terasa lain, bukankah perbedaan yang ada akan semakin menambah keindahan. Bukankah kamu dan teman-temanmu juga berbeda, perbedaan yang ada diantara kalian akan semakin menambah keindahan hidup ini. Lihat juga pematang sawah yang barusan kakek bersihkan, bukankah kamu kalau jalan di pematang sawah ini akan hati-hati supaya jangan terpeleset dan tidak jatuh ke sawah. Lihat juga jalan kampung itu, bagaimana saat kamu berjalan disana. Seharusnya saat dia jalan kampung itu kamu juga lebih berhati-hati karena dengan jalan yang rata itu seringkali membuat terlena dan tidak sadar akan bahaya disekitarnya. Seperti juga saat kamu menapak dalam jalan hidup ini, tetaplah selalu untuk tersadar jangan sampai terlena." kata sang kakek.

"Lihat juga gagang cangkul ini, kalau tidak pernah dipakai pasti akan terasa lain ditangan dibandingkan dengan cangkul yang biasa dipakai. Terasa lebih halus, lembut dan tidak membuat telapak tangan sakit. Begitu juga dengan dirimu hendaknya kamu belajar dan mengasah hati dan pikiranmu, pelajari hingga hati dan pikiranmu menjadi semakin halus dan tajam. Lihat juga kaki dan tangan kakek ini, sehabis kena lumpur pasti kakek basuh dengan air dan sabun agak bersih dan bebas dari kuman. Begitu juga dengan raga dan jiwa ini perlu juga untuk dibersihkan dengan bermatiraga, bersihkan kotoran batin dan pikiran saat bermatiraga. Saat kamu membuat pengakuan dosa, pernahkah kamu sadari hingga kamu tidak mengulangi dosa-dosa yang sama? Kalau tidak berhati-hati maka kamu akan terjebak dalam tradisi puasa dan pengakuan dosa yang menurut ajaran agama diwajibkan. Seharusnya semakin kamu sadari dengan bermatiraga dan pengakuan dosa semakin membuat hati dan pikiranmu bersih , semakin hari semakin bertambah bersih seiring perjalanan sang waktu. Semoga seiring jejak-jejak langkah yang terus kaubuat, semakin besar sinar di dirimu yang semakin menyinari kehidupan. Masih banyak pelajaran dari Saudaramu Alam Sekitar yang bisa kau pelajari dan semoga semakin membuat dirimu lebih mencintai alam sekitar dan lebih bijak dalam menggunakannya" lanjut sang kakek

Karena  sudah saatnya pulang, maka Sang kekek mengajak cucunya untuk pulang. Tampak sinar ilahi yang memancar di raut muka kedua makhluk itu. Sinar Ilahi yang selalu memberikan sinarnya di kehidupan ini.

Salam










Tidak ada komentar: