![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuI8uHLS7Df-z5YmG97wT5qQ2iXh97xrbkShzJLrCewdho_TN3nQTzYOCpzVrJDcGR5rhajS7Rp5kqnUuzzkrG0yc76-Haz-k_uePm49BCgb-o8LxThyDcYKgbDQ36BxA1R7f36DBIXMM/s200/63323-bigthumbnail.jpg)
Sang waktu seakan menyadari kegalauan hati Gagak Seto, terus bergerak hingga akhirnya tibalah saatnya mentari untuk meredupkan sinarnya digantikan cahaya bulan untuk menerangi gelapnya malam. Suara binatang malampun semakin menambah keheningan malam. Tampak disebuah beranda gubuk Gagak Seto dan Kakek Lowo Ireng sedang duduk bercengkrama. Seperti layaknya seorang cucu dan kekeknya, tampak kedekatan yang sudah lama terbangun dari sebuah hubungan yang muncul secara kebetulan.
Ketika diriku masih kecil diriku dikenalkan dengan segenap indra yang melekat di raga ini, begitu hafalnya diriku akan nama dan fungsinyaNamun ternyata aku belum mengenal dan memahami sepenuhnya sebagai bagian dari hidupku