Kamis, 04 Maret 2010

Bapak mung sak dermo sopir le

Di bale kambang halaman sebuah rumah, seorang bapak dan istrinya sedang duduk ditemani ketiga anaknya yang sudah mulai beranjak remaja. Bersama mereka menikmati teh poci dengan tempe mendoan yang dibuat oleh sang istri. Penuh canda tawa, kebersamaan hadir di situ, sebuah potret keluarga yang mungkin jarang ditemukan setiap hari.

"Ngger ketiga anak-anakku, bapak akan sedikit bercerita. Sebuah cerita perjalanan yang dahulu menjadi bahan obrolan saat bapak berkumpul dengan teman-teman bapak sesama sopir angkutan. Barangkali bisa menjadi bekal kalian dalam menapaki perjalanan yang akan kalian lakukan" kata sang bapak kemudian diapun berhenti sejenak meminum teh poci yang diberi gula batu dan diberi perasan jeruk nipis.

"Dahulu teman-teman pernah berkeluh kesah sperti ini le, Sopir kuwi opo to? Apa yang bisa di banggakan dari seorang Sopir, Kenapa harus menjadi seorang sopir?. Masih banyak yang lainnya, keputusasan dan pembenaran sesaat muncul akan Nasib yang seolah-olah menjadi pihak yang paling dipersalahkan. Hingga waktu itu bapak hanya bisa berkata "Dahulu ketika waktu belum bisa belajar menyetir, pertama kali belajar ada pelajaran teori mengenai mobil atau motor yang akan dikendarai. Seperti apa itu kaca spion, kenapa ada kanan dan kiri, gunanya spion itu apa hingga menghitung jarak yang sebenarnya dari bayangan yang muncul di spion. Apa itu kopling, gigi, klakson pokoknya yang melekat di mobil atau motor diterangkan kegunaan atau fungsinya dan bagaimana sebaiknya digunakan. Hingga akhirnya setelah mengetahui fungsinya dan bagaimana caranya berfungsi diajarkan belajar mengendarainya. Seperti saat kita lahir, diajarkan yang mana yang disebut mata, hidung, mulut, telinga, kaki, tangan, rambut dan semuanya yang melekat di raga ini. Segenap indra yang ada di diri ini telah diajarkan letak dan fungsinya. Diajarkan juga fungsinya dan cara kerjanya semuanya itu, termasuk organ dalam yang dimiliki. Seiring dengan bertambahnya usia, pengetahuan yang dimiliki, seharusnya semakin lama semakin mengerti dan menerima raga ini sepenuhnya . Kelebihan dan kekurangan yang akan selalu melekat di diri ini. Semakin disadari betapa semuanya itu dipengaruhi dari pikiran serta proses berfikir itu sendiri."

"Tatkala menjadi sopir antar jemput anak-anak sekolah, kujalani pekerjaan itu. Kunikmati dan ternyata banyak yang kudapatkan disitu. Betapa nikmatnya memperhatikan tingkah polah , tegur sapa, canda tawa yang selalu hadir. Kepolosan, kejujuran, kebersamaan muncul diantara mereka. Terkadang memang ada yang berantem, bertikai  namun dengan cepatnya mereka memaafkan satu sama lain, kemudian bermain kembali, seolah-olah tidak ada yang terjadi di hari kemarin. Dengan tekunnya mereka belajar , saling memberi satu dengan yang lainnya. Terus mereka tumbuh bersama dengan beraneka perbedaan yang sebenarnya melekat di diri masing-masing, namun semuanya hilang dalam kebersamaan. Bersama mereka jalani perjalanan yang ada dengan penuh tawa riang "

"Takkala diriku menjadi sopir angkutan umum, kujalani pula pekerjaan itu. Kunikmati akan nikmat yang kuterima, sungguh sebuah karuniaNya yang selalu hadir setiap kali kujalani sebagian hidupku di jalanan. Dengan mengemudikan angkutan umum dengan mengangkut beraneka ragam penumpang dengan berbagai lapisan umur, adat, suku atau semuanya yang berbeda menjadikan diriku harus belajar lebih lagi. Mengamati segala perbedaan yang ada, melayani semuanya hingga akhirnya mereka bisa menikmati perjalanan yang ada. Sebuah perjalanan yang penuh dengan belokan, naik turun, terkadang harus melewati jalan berlobang sehingga harus menginjak rem. Terkadang harus kuinjak gas kuat-kuat karena kalau tidak maka kendaraan tidak akan kuat menaiki bukit yang terjal. Terkadang harus kubunyikan klakson atau kunyalakan lampu sign untuk memberi tanda disekitar agar tidak terjadi kecelakaan. Membuat semua penumpang dapat menikmati perjalanan yang ditempuhnya, bisa merasakan sungguh-sungguh nikmatnya perjalanan yang penuh liku. Begitu juga dengan diri ini yang tetap terus melangkah, terkadang harus terjatuh, terperosok, merasakan sakit dan segala yang selama ini dianggap kesusahan. Terkadang merasakan senang, bahagia, berhasil yang kalau tidak dicermati hati-hati bisa menjadi penyakit bagi diri ini. Terkadang harus memperhatikan tanda-tanda sekitar ataupun alam sekitar hingga diri ini selalu waspada terhadap segala perubahan yang muncul. Melihat semua yang ada sebagai satu kesatuan, tidak lebih dan tidak kurang. Tidak larut dalam keadaan, dan selalu ingat bahwa semuanya itu sebagai bagian dari laku."

"Masih banyak yang dapat digali dari pengalaman bapak wakatu menjadi sopir mungkin lain bapak ceritakan. Sekarang bapak hanya bisa menjadi sopir raga ini hingga saatnya nanti Gusti nimbali, bersama dengan ibumu kami berdua sekarang berusaha menjadi sopir, teman seperjalanan kalian , mengantar kalian hingga menemukan apa yang seharusnya kalian cari. Menemukan kesadaran, kedamaian , kebahagian sejati dan selanjutnya berusaha melepaskan semuanya." kata sang bapak mengakhiri pembicaraannya.

Selanjutnya merekapun melanjutkan santapan berupa makanan yang sudah disiapkan oleh sang ibu.

Dedicated to my son......Dewa, Arjun and Sophie