Selasa, 14 April 2009

Jadilah Terang



Sekelumit kisah ini diilhami waktu aku mendengarkan “homili” atau kotbah dari romoku waktu kuikuti misa minggu

Ceritanya pada suatu malam ditengah keceriaan sebuah keluarga , digambarkan si bapak sedang “leyeh-leyeh” membaca koran sambil ngemil gorengan, si ibu sedang asik melihat reality show “termehek-mehek”, si pembantu tau sedang ngapain, anak-anak sedang main game.. Mendadak listrik padam sehingga gelap gulita. Reaksi yang ada “si bapak ngomel-ngomel”, “si ibu ngomel-ngomel juga”, “anak-anak juga”, “mungkin si pembantu kalau berani juga ikutan ngomel-ngomel”, sehingga di dalam gelap suasana menjadi semakin kacau, semakin panas, saling menyalahkan satu dengan yang lain

Mungkin begitu juga yang kita lakukan bila mengalami hal seperti itu, pasti akan mengumpat-umpat, mencari-cari kesalahan yang lain. Padahal langkah lebih baiknya apabila kita pribadi melakukan sesuatu yang konkret seperti mencari lilin kemudian menyalakan lilin sehingga suasana menjadi terang, atau kalau tidak menyiapkan alat penerangan seperti “senter” lilin di tempat yang sudah tetap sehingga apabila mati lampu tidak perlu kebingungan lagi, tinggal mengambil di tempat yang disediakan dan menyalakannya..Namun hal hal seperti itu seringkali tidak terpikirkan, yang ada hanya sikap mencari kesalahan orang lain. “Pokoke” kamu yang salah, kadang aku juga sering tersenyum sendiri karena aku juga sering juga berlaku seperti itu.


Belajar filosofi dari sebuah lilin, “lilin baru bisa menerangi di kala gelap apabila sudah dinyalakan dan ada bagian dari dirinya yang meleleh”. Mungkinkah kita mau menyalakan ‘lilin-lilin’ di dalam diri kita sendiri agar bisa membagi terang kepada yang lain, ataukah kita hanya mengharapkan terang darai orang lain???
Maukah kita memberikan sedikit bagian dari diri kita berupa harapan, cita-cita, ide-ide bagi orang lain, melumerkan diri kita agar orang lain merasakan “terang”. Apabila semuanya melakukannya niscara akan tercipta lilin-lilin kecil yang akhirnya akan membentuk lilin yang besar yang akan menerangi semuanya..

Semuanya ini bukan acara kampanye, namun kiranya suadah saatnya untuk merubah “mindset” yang ada dalam diri kita bukan terang yang kubutuhkan namun sudah adakah terang yang kuberikan bagi yang lain

“Jadilah terang bukan ditempat yang terang, jadilah harapan bukan hanya berharap”

By. Kham
Dedicated to "Dewa(Keshav)", "Arjun or Sophie"

Pelajaran Filsafat dari Bu Kek Siansu Karya Kho Ping Hoo



Sedikit pembelajaran hidup dari Serial Bu Kek Siansu


Perbuatan apa pun yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, tidak lah benar jika di belakangnya bersembunyi pamrih apa pun.


Sesuatu perbuatan boleh jadi oleh umum dianggap sebagai perbuatan baik, namun apabila perbuatan itu menyembunyikan pamrih, baik yang disadari maupun tidak, maka perbuatan itu tidak benar.

Perbuatan menolong orang lain oleh umum dianggap baik, namun jika hal itu dilakukan dengan pamrih apa pun, itu bukanlah menolong namanya, melainkan hanya memberi pinjam untuk kelak ditagih kembali dalam bentuk pembalasan budi!

Selama yang berbuat itu merasa bahwa dia berbuat baik, merasa bahwa dia menolong, di dalam perasaan ini sudah terkandung pamerih! Jelas tidak benar!

Dan selama ada pamrih di balik setiap perbuatan, pasti akan mendatangkan penyesalan, kebanggaan, kekecewaan, dendam, penjilat, penindasan dan lain-lain.

Setiap berbuatan barulah benar jika didorong atau didasari oleh CINTA KASIH!

Kita miskin akan cinta kasih sehingga setiap perbuatan kita dicengkeram pamrih.

Kalau cinta kasih memenuhi hati kita, maka segala pamrih akan lenyap tanpa bekas dan setiap perbuatan kita adalah wajar dan tentu saja benar karena dasarnya cinta kasih yang melekat pada bibir setiap orang, yang menjadi hampa karena disebut-sebut dan disanjung-sanjung, diberi pengertian lain, dan dipecah-pecah!

Di mana terdapat cemburu, benci, sengsara, marah, dan lain-lain, cinta kasih tidak akan ada.

Di mana terdapat si "aku" yang selalu mengejar keuntungan dan kesenangan lahir batin, cinta kasih tidak akan pernah ada. karena bagi Si Aku, cinta kasih berarti kesenangan untuk "aku" lahir batin yang berupa ketenteraman, jaminan, kepuasan, dan kenikmatan. Maka, sekali satu di antara yang dikejar itu luput, berakhirlah cinta kasihnya dan berubah menjadi cemburu, kemarahan dan kebencian!