Sekelumit kisah ini diilhami waktu aku mendengarkan “homili” atau kotbah dari romoku waktu kuikuti misa minggu
Ceritanya pada suatu malam ditengah keceriaan sebuah keluarga , digambarkan si bapak sedang “leyeh-leyeh” membaca koran sambil ngemil gorengan, si ibu sedang asik melihat reality show “termehek-mehek”, si pembantu tau sedang ngapain, anak-anak sedang main game.. Mendadak listrik padam sehingga gelap gulita. Reaksi yang ada “si bapak ngomel-ngomel”, “si ibu ngomel-ngomel juga”, “anak-anak juga”, “mungkin si pembantu kalau berani juga ikutan ngomel-ngomel”, sehingga di dalam gelap suasana menjadi semakin kacau, semakin panas, saling menyalahkan satu dengan yang lain
Mungkin begitu juga yang kita lakukan bila mengalami hal seperti itu, pasti akan mengumpat-umpat, mencari-cari kesalahan yang lain. Padahal langkah lebih baiknya apabila kita pribadi melakukan sesuatu yang konkret seperti mencari lilin kemudian menyalakan lilin sehingga suasana menjadi terang, atau kalau tidak menyiapkan alat penerangan seperti “senter” lilin di tempat yang sudah tetap sehingga apabila mati lampu tidak perlu kebingungan lagi, tinggal mengambil di tempat yang disediakan dan menyalakannya..Namun hal hal seperti itu seringkali tidak terpikirkan, yang ada hanya sikap mencari kesalahan orang lain. “Pokoke” kamu yang salah, kadang aku juga sering tersenyum sendiri karena aku juga sering juga berlaku seperti itu.
Belajar filosofi dari sebuah lilin, “lilin baru bisa menerangi di kala gelap apabila sudah dinyalakan dan ada bagian dari dirinya yang meleleh”. Mungkinkah kita mau menyalakan ‘lilin-lilin’ di dalam diri kita sendiri agar bisa membagi terang kepada yang lain, ataukah kita hanya mengharapkan terang darai orang lain???
Maukah kita memberikan sedikit bagian dari diri kita berupa harapan, cita-cita, ide-ide bagi orang lain, melumerkan diri kita agar orang lain merasakan “terang”. Apabila semuanya melakukannya niscara akan tercipta lilin-lilin kecil yang akhirnya akan membentuk lilin yang besar yang akan menerangi semuanya..
Semuanya ini bukan acara kampanye, namun kiranya suadah saatnya untuk merubah “mindset” yang ada dalam diri kita bukan terang yang kubutuhkan namun sudah adakah terang yang kuberikan bagi yang lain
“Jadilah terang bukan ditempat yang terang, jadilah harapan bukan hanya berharap”
By. Kham
Ceritanya pada suatu malam ditengah keceriaan sebuah keluarga , digambarkan si bapak sedang “leyeh-leyeh” membaca koran sambil ngemil gorengan, si ibu sedang asik melihat reality show “termehek-mehek”, si pembantu tau sedang ngapain, anak-anak sedang main game.. Mendadak listrik padam sehingga gelap gulita. Reaksi yang ada “si bapak ngomel-ngomel”, “si ibu ngomel-ngomel juga”, “anak-anak juga”, “mungkin si pembantu kalau berani juga ikutan ngomel-ngomel”, sehingga di dalam gelap suasana menjadi semakin kacau, semakin panas, saling menyalahkan satu dengan yang lain
Mungkin begitu juga yang kita lakukan bila mengalami hal seperti itu, pasti akan mengumpat-umpat, mencari-cari kesalahan yang lain. Padahal langkah lebih baiknya apabila kita pribadi melakukan sesuatu yang konkret seperti mencari lilin kemudian menyalakan lilin sehingga suasana menjadi terang, atau kalau tidak menyiapkan alat penerangan seperti “senter” lilin di tempat yang sudah tetap sehingga apabila mati lampu tidak perlu kebingungan lagi, tinggal mengambil di tempat yang disediakan dan menyalakannya..Namun hal hal seperti itu seringkali tidak terpikirkan, yang ada hanya sikap mencari kesalahan orang lain. “Pokoke” kamu yang salah, kadang aku juga sering tersenyum sendiri karena aku juga sering juga berlaku seperti itu.
Belajar filosofi dari sebuah lilin, “lilin baru bisa menerangi di kala gelap apabila sudah dinyalakan dan ada bagian dari dirinya yang meleleh”. Mungkinkah kita mau menyalakan ‘lilin-lilin’ di dalam diri kita sendiri agar bisa membagi terang kepada yang lain, ataukah kita hanya mengharapkan terang darai orang lain???
Maukah kita memberikan sedikit bagian dari diri kita berupa harapan, cita-cita, ide-ide bagi orang lain, melumerkan diri kita agar orang lain merasakan “terang”. Apabila semuanya melakukannya niscara akan tercipta lilin-lilin kecil yang akhirnya akan membentuk lilin yang besar yang akan menerangi semuanya..
Semuanya ini bukan acara kampanye, namun kiranya suadah saatnya untuk merubah “mindset” yang ada dalam diri kita bukan terang yang kubutuhkan namun sudah adakah terang yang kuberikan bagi yang lain
“Jadilah terang bukan ditempat yang terang, jadilah harapan bukan hanya berharap”
By. Kham
Dedicated to "Dewa(Keshav)", "Arjun or Sophie"